Jakarta -Hunian atau rumah terlalu sempit memiliki dampak negatif bagi penghuninya terutama anak-anak. Hasil penelitian menunjukan rumah sangat sempit berpotensi besar memicu kekerasan seksual bagi anggota keluarga.
Pelakunya justru datang dari anggota keluarga yang tinggal bersama di dalam hunian. Saat ini, ukuran rumah ideal di Indonesia tak lagi diatur, meski sebelumnya sempat dibatasi minimal 36 meter persegi.
"Rumah petak sempit picu pemerkosaan ke anak. Karena orang tua tidur dengan anak sehingga timbul niat buruk. Ini dicatat oleh Polda Metro. Pemicunya salah satunya karena rumah sempit," kata Dosen Universitas Tarumanegara dan juga Dewan Pakar The Housing Urban Development (HUD) Institute Danang Priatmodjo pada acara diskusi perumahan di Hotel Ambhara, Jakarta Selatan, Rabu (14/1/2015).
Hunian sempit antara lain rumah kontrakan atau kos-kosan, hunian seperti ini sangat mudah ditemui di kota-kota besar seperti Jakarta.
"Kita masih lihat sehari-hari ada kosan atau tempat tinggal sempit. Ada yang tinggal di dalam ruangan 3X4 meter tapi didiami oleh bapak, ibu, anak. Tinggal disitu. Nggak ada ruang lain," jelasnya.
Sehingga perlu peran pemerintah menyediakan hunian terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Untuk kota-kota besar sudah selayaknya hunian dibangun rumah vertikal, seperti rumah susun.
"Harus hunian vertikal. Harus rumah susun. Jangan bicara rumah susun nggak sesuai budaya kita. Di Eropa juga bukan budaya mereka. Budaya mereka sama dengan kita. Budaya itu dinamis. Kota yang padat, itu mau nggak mau ya rumah susun. Seperti di Jakarta, nggak masuk akal lagi bisa punya rumah dengan 1-2 lantai di tengah kota," jelasnya.
sumber : detik finance
Pelakunya justru datang dari anggota keluarga yang tinggal bersama di dalam hunian. Saat ini, ukuran rumah ideal di Indonesia tak lagi diatur, meski sebelumnya sempat dibatasi minimal 36 meter persegi.
"Rumah petak sempit picu pemerkosaan ke anak. Karena orang tua tidur dengan anak sehingga timbul niat buruk. Ini dicatat oleh Polda Metro. Pemicunya salah satunya karena rumah sempit," kata Dosen Universitas Tarumanegara dan juga Dewan Pakar The Housing Urban Development (HUD) Institute Danang Priatmodjo pada acara diskusi perumahan di Hotel Ambhara, Jakarta Selatan, Rabu (14/1/2015).
Hunian sempit antara lain rumah kontrakan atau kos-kosan, hunian seperti ini sangat mudah ditemui di kota-kota besar seperti Jakarta.
"Kita masih lihat sehari-hari ada kosan atau tempat tinggal sempit. Ada yang tinggal di dalam ruangan 3X4 meter tapi didiami oleh bapak, ibu, anak. Tinggal disitu. Nggak ada ruang lain," jelasnya.
Sehingga perlu peran pemerintah menyediakan hunian terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Untuk kota-kota besar sudah selayaknya hunian dibangun rumah vertikal, seperti rumah susun.
"Harus hunian vertikal. Harus rumah susun. Jangan bicara rumah susun nggak sesuai budaya kita. Di Eropa juga bukan budaya mereka. Budaya mereka sama dengan kita. Budaya itu dinamis. Kota yang padat, itu mau nggak mau ya rumah susun. Seperti di Jakarta, nggak masuk akal lagi bisa punya rumah dengan 1-2 lantai di tengah kota," jelasnya.
sumber : detik finance
Comments