KOMPAS.com - Pekerjaan di kantor yang seakan tak pernah ada habisnya membuat energi Anda akan habis terkuras. Setelah menimbang-nimbang, langkah untuk memulai bekerja dari rumah bisa menjadi alternatif pemecah masalah.
Masih banyak, kok, pekerjaan yang bisa kita kerjakan dari rumah . Contohnya dengan menjadi freelancer di bidang yang Anda minati, misalnya menjadi penulis, pengalih bahasa, desainer, pengelola sosial media perusahaan, dan masih banyak contoh lainnya. Dengan bermodalkan laptop dan koneksi internet di rumah, Anda sudah bisa meraup rupiah sekaligus mengawasi anak-anak di rumah. Tapi, benarkah sesederhana itu?
Sebelum benar-benar memutuskan resign dari kantor, sebaiknya pertimbangkan tantangan saat bekerja dari rumah.
Atur waktu
Banyak anggapan bekerja dari rumah memiliki kelebihan dalam hal waktu yang fleksibel dan hemat biaya. Kenyataannya, hal-hal tersebut belum tentu benar. Tak jarang para freelancer justru kebanjiran order di hari libur. Oleh karena itu, siapkan mental untuk menghadapi perubahan rutinitas dulu sebelum memutuskan bekerja dari rumah. Jangan lupa, atur kembali kebutuhan waktu untuk bekerja dan waktu untuk keluarga.
Tak seperti di lingkungan kantor, bekerja dari rumah penuh dengan “godaan” yang dapat membuat produktivitas berkurang. Anak-anak merajuk minta ditemani bermain, pakaian kotor yang menggunung, atau setumpuk cucian piring, semua bisa menjadi distraksi. Agar tetap disiplin, sangat penting untuk memiliki jam kerja yang jelas. Misalnya, ambil waktu di pagi hari ketika anak-anak ke sekolah dan suami ke kantor.
Sudut kerja
Bayangkan jika Anda bekerja di sofa ruang keluarga dan masih mengenakan piyama, sementara laptop terbuka di meja dan stoples camilan di tangan. Belum lagi, suara televisi bersahut-sahutan dengan suara anak-anak bermain. Pasti konsentrasi Anda sekejap hilang, mood menurun, dan Anda akan berakhir tanpa mengerjakan apa pun.
Bekerja dari rumah bukan berarti Anda tak bisa memiliki kantor. Sulap sebuah ruangan di rumah menjadi kantor pribadi dengan meletakkan perlengkapan kerja seperti laptop, mesin faks, telepon, dan berkas-berkas di sana. Jika perlu, tutup pintu ketika Anda bekerja. Beri pengertian ke orang-orang rumah, terutama buah hati, bahwa Anda sedang bekerja dan tidak bisa diganggu. Bisa juga dengan membuat peraturan yang disepakati bersama.
Jadwal seminggu
Memang, bekerja dari rumah berarti tak ada bos di depan mata yang mengawasi dan memburu-buru pekerjaan Anda. Namun, bekerja dari rumah juga bukan berarti tanpa jadwal kerja yang jelas.
Pastikan Anda memiliki jadwal kerja mingguan yang diturunkan menjadi daftar pekerjaan per hari. Ini memudahkan Anda memetakan pekerjaan. Jika tidak, pekerjaan akan menumpuk dan bukan mustahil di akhir pekan Anda justru tetap harus bekerja. Kuncinya, bekerja dari rumah harus well organized , memiliki manajemen waktu yang baik, serta mampu memotivasi diri sendiri.
Tetap networking
Bekerja dari rumah terkesan monoton dan mengurangi kesempatan Anda bertemu dengan “dunia luar” atau orang-orang baru. Siasati dengan cara keluar dari rumah. Jangan melulu berkomunikasi lewat e-mail atau messenger, tak ada salahnya sesekali membawa laptop kesayangan ke coffee shop favorit, melakukan rapat saat makan siang dengan relasi, atau hangout bersama teman.
Bertatap muka atau setidaknya bertelepon akan menambah ilmu, networking , dan yang terpenting adalah menjadi ajang refreshing setelah lama “terkurung” di rumah. Aktif di dunia media sosial juga dapat memperluas network , misalnya melalui twitter atau LinkedIn.
Pemasukan tak tentu
Selain ritme kerja yang berubah, penghasilan Anda juga akan berubah ketika memutuskan bekerja dari rumah. Bisa lebih kecil atau justru lebih besar. Semuanya tak tetap, tergantung banyaknya pengorder. Di bulan ini mungkin Anda akan ramai order, sementara di bulan berikutnya sangat sepi. Belum lagi, transfer honor yang tak tepat waktu pun dapat menghambat pemasukan.
Jalan keluarnya, Anda harus selalu memiliki batas pengeluaran setiap bulan sehingga saat pendapatan jauh di atas angka tersebut, bisa Anda tabung untuk “menyelamatkan” dompet saat sedang minim order.
(Tabloid Nova/Ratih Sukma Pertiwi)
Masih banyak, kok, pekerjaan yang bisa kita kerjakan dari rumah . Contohnya dengan menjadi freelancer di bidang yang Anda minati, misalnya menjadi penulis, pengalih bahasa, desainer, pengelola sosial media perusahaan, dan masih banyak contoh lainnya. Dengan bermodalkan laptop dan koneksi internet di rumah, Anda sudah bisa meraup rupiah sekaligus mengawasi anak-anak di rumah. Tapi, benarkah sesederhana itu?
Sebelum benar-benar memutuskan resign dari kantor, sebaiknya pertimbangkan tantangan saat bekerja dari rumah.
Atur waktu
Banyak anggapan bekerja dari rumah memiliki kelebihan dalam hal waktu yang fleksibel dan hemat biaya. Kenyataannya, hal-hal tersebut belum tentu benar. Tak jarang para freelancer justru kebanjiran order di hari libur. Oleh karena itu, siapkan mental untuk menghadapi perubahan rutinitas dulu sebelum memutuskan bekerja dari rumah. Jangan lupa, atur kembali kebutuhan waktu untuk bekerja dan waktu untuk keluarga.
Tak seperti di lingkungan kantor, bekerja dari rumah penuh dengan “godaan” yang dapat membuat produktivitas berkurang. Anak-anak merajuk minta ditemani bermain, pakaian kotor yang menggunung, atau setumpuk cucian piring, semua bisa menjadi distraksi. Agar tetap disiplin, sangat penting untuk memiliki jam kerja yang jelas. Misalnya, ambil waktu di pagi hari ketika anak-anak ke sekolah dan suami ke kantor.
Sudut kerja
Bayangkan jika Anda bekerja di sofa ruang keluarga dan masih mengenakan piyama, sementara laptop terbuka di meja dan stoples camilan di tangan. Belum lagi, suara televisi bersahut-sahutan dengan suara anak-anak bermain. Pasti konsentrasi Anda sekejap hilang, mood menurun, dan Anda akan berakhir tanpa mengerjakan apa pun.
Bekerja dari rumah bukan berarti Anda tak bisa memiliki kantor. Sulap sebuah ruangan di rumah menjadi kantor pribadi dengan meletakkan perlengkapan kerja seperti laptop, mesin faks, telepon, dan berkas-berkas di sana. Jika perlu, tutup pintu ketika Anda bekerja. Beri pengertian ke orang-orang rumah, terutama buah hati, bahwa Anda sedang bekerja dan tidak bisa diganggu. Bisa juga dengan membuat peraturan yang disepakati bersama.
Jadwal seminggu
Memang, bekerja dari rumah berarti tak ada bos di depan mata yang mengawasi dan memburu-buru pekerjaan Anda. Namun, bekerja dari rumah juga bukan berarti tanpa jadwal kerja yang jelas.
Pastikan Anda memiliki jadwal kerja mingguan yang diturunkan menjadi daftar pekerjaan per hari. Ini memudahkan Anda memetakan pekerjaan. Jika tidak, pekerjaan akan menumpuk dan bukan mustahil di akhir pekan Anda justru tetap harus bekerja. Kuncinya, bekerja dari rumah harus well organized , memiliki manajemen waktu yang baik, serta mampu memotivasi diri sendiri.
Tetap networking
Bekerja dari rumah terkesan monoton dan mengurangi kesempatan Anda bertemu dengan “dunia luar” atau orang-orang baru. Siasati dengan cara keluar dari rumah. Jangan melulu berkomunikasi lewat e-mail atau messenger, tak ada salahnya sesekali membawa laptop kesayangan ke coffee shop favorit, melakukan rapat saat makan siang dengan relasi, atau hangout bersama teman.
Bertatap muka atau setidaknya bertelepon akan menambah ilmu, networking , dan yang terpenting adalah menjadi ajang refreshing setelah lama “terkurung” di rumah. Aktif di dunia media sosial juga dapat memperluas network , misalnya melalui twitter atau LinkedIn.
Pemasukan tak tentu
Selain ritme kerja yang berubah, penghasilan Anda juga akan berubah ketika memutuskan bekerja dari rumah. Bisa lebih kecil atau justru lebih besar. Semuanya tak tetap, tergantung banyaknya pengorder. Di bulan ini mungkin Anda akan ramai order, sementara di bulan berikutnya sangat sepi. Belum lagi, transfer honor yang tak tepat waktu pun dapat menghambat pemasukan.
Jalan keluarnya, Anda harus selalu memiliki batas pengeluaran setiap bulan sehingga saat pendapatan jauh di atas angka tersebut, bisa Anda tabung untuk “menyelamatkan” dompet saat sedang minim order.
(Tabloid Nova/Ratih Sukma Pertiwi)
Comments